Beranda | Artikel
Dakwah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
Sabtu, 6 Oktober 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan الجمع بين صحيحين (Al-Jam’u Baina As-Sahihain), sebuah kitab yang berisi Kumpulan shahih Bukhari dan Muslim karya Syaikh Yahya bin Abdul Aziz Al-Yahya. Pembahasan ini disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada 20 Muharram 1440 H / 30 September 2018 M.

Download Kitab Al-Jam’u Baina As-Sahihain – Format PDF di sini

Download mp3 kajian sebelumnya: Sabda Nabi: Aku Bersaksi Bahwa Aku adalah Utusan Allah

Kajian Tentang Dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam – Al-Jam’u Baina As-Sahihain

Pembahasan kali ini sampai pada halaman 7 pada  kitab Al-Jam’u Baina As-Sahihain. Dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendakwahkan umatnya kepada tauhid. Dan memang seluruh Nabi dan Rasul dakwahnya kepada hal ini. Tidak ada satupun Nabi yang memulai dakwahnya dari ekonomi, politik, atau hal lain selain tauhid. Hal ini karena keadilan yang paling adil adalah tauhid. Sumber berbagai macam keadilan adalah tauhid. Dengan tauhid, amalan seorang hamba akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan tauhid, Allah memberikan keamanan suatu negeri dari berbagai macam malapetaka dan bencana. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَـٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٨٢﴾

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am[6]: 82)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kedzaliman adalah kesyirikan. Sebaliknya, Syirik merupakan sumber malapetaka. Allah tidak ridho untuk disekutukan dan Allah mengancam orang yang berbuat syirik tidak akan masuk surga selama-lamanya jika dia wafat di atas syirik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

…إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّـهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّـهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ ﴿٧٢﴾

“...Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Almaidah[5]: 72)

Maka dakwah yang tidak memperhatikan tauhid, bukanlah dakwah yang benar. Dakwah yang mengenyampingkan tauhid bukanlah dakwah para Nabi. Jika ada seorang da’i jarang membahas tauhid dan yang dia bahas hanya selain tauhid, seakan-akan dia menganggap tauhid adalah sesuatu yang tidak urgent. Maka ini adalah kesalahan dalam berdakwah. Akan menyimpang dari manhaj para Nabi dan Rasul.

Hadits No. 10

 حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَمُعاذٌ رَدِيفُهُ عَلَى الرَّحْلِ ، قَالَ : يَا مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ ، قَالَ : لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ ، قَالَ : يَا مُعَاذُ ، قَالَ : لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ ثَلاَثًا ، قَالَ : مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ ، إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ ، قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ : أَفَلاَ أُخْبِرُ بِهِ النَّاسَ فَيَسْتَبْشِرُوا ؟ قَالَ : إِذًا يَتَّكِلُوا وَأَخْبَرَ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِهِ تَأَثُّمًا

“Anas bin Malik menuturkan kepada kami bahwa suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Mu’adz berboncengan di atas seekor hewan tunggangan. Nabi bersabda, “Wahai Mu’adz bin Jabal.” Dia menjawab, “Saya penuhi panggilan anda dan siap membantu anda wahai Rasulullah.” Beliau berkata, “Wahai Mu’adz.” Dia menjawab, “Saya penuhi panggilan anda dan siap membantu anda wahai Rasulullah.” Sebanyak tiga kali. Lalu beliau bersabda, “Tidaklah seorang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dari hatinya melainkan Allah pasti haramkan untuknya kekal di dalam neraka.” Lalu Mu’adz mengatakan, “Wahai Rasulullah, bolehkah saya mengabarkan berita gembira ini kepada orang-orang sehingga mereka senang karenanya?”. Maka beliau menjawab, “Jangan dulu, sebab kalau begitu maka akan membuat mereka menggantungkan harapan dan tidak beramal.” Lalu menjelang kematiannya Mu’adz menyampaikan berita itu karena khawatir berdosa -karena menyembunyikan ilmu.”

Faidah hadits:

Pertama, tawadhu’nya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam naik di atas keledai dan membonceng Muadz bin Jabal. Padahal beliau ini adalah manusia yang paling tinggi derajatnya disisi Allah. Tidak ada manusia yang bisa menandingi derajatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi terbaik.

Kedua, bolehnya menunggang binatang tunggangan selama tidak menyusahkan mereka.

Ketiga, bolehnya menamai binatang kendaraan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menamai keledai beliau dengan nama ‘Ufair.

Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download MP3 Kajian Tentang Dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam – Al-Jam’u Baina As-Sahihain


Jangan lupa untuk turut membagikan link download kajian ini ke akun media sosial yang Anda miliki, baik Facebook, Twitter, Google+, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahufiikum


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/44806-dakwah-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam/